Solihin Rds, ISM
JPC- Penantian
panjang siapa yang maju di Pemilukada Tebo 2017 terjawab sudah. Pasangan Calon
(Paslon) Sukandar-Sahlan diusung Partai Golkar, PDI Perjuangan, PAN, PKS, dan
Partai Hanura serta partai pendukung Perindo mendaftarkan diri pada Rabu, 21
September 2016. Kemudian di hari berikutnya Paslon Hamdi-Harmain diusung Partai Demokrat, Partai
Nasdem, PKB serta didukung oleh Partai Gerindra, PPP, dan PBB. Kita tentu berharap memiliki pemimpin yang tahu permasalahan yang
terjadi di wilayahnya, sehingga mampu mengambil kebijakan dan keputusan
yang tepat untuk kesejahteraan dan kedamaian masyarakatnya.
Ini merupakan Pemilukada ketiga (red. keempat bila termasuk Pemilukada Ulang 5 Juni 2011) yang dilaksanakan
secara langsung oleh rakyat sejak pemekaran wilayah Bungo-Tebo Tahun 1999. Siapapun orangnya,
apapun agamanya, darimanapun sukunya, dan bagaimanapun trade record-nya pekerjaan rumah sudah menanti begitu banyak,
bahkan sudah berada di tingkat kritis untuk dibenahi. Meski demikian secara
garis besar cuma ada dua permasalahan, yaitu banjir dan macet sama halnya
Provinsi DKI Jakarta. Namun bedanya kita mengalami bencana kebanjiran
pengharapan masyarakat kepada sosok pemimpin yang benar memperjuangkan nasib
mereka, akan tetapi di satu sisi pemangku kebijakannya menunjukkan kemacetan
dalam menjaga integritas dan loyalitasnya untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Sebagai anak muda ingusan yang minim pengetahuan
dan dangkal pengalaman politik. Izinkan saya bersuara sebatas ranah itu. Tulisan
ini hanya sekedar melawan lupa bagi kita yang mungkin lupa. Mengendus cuek bagi
kita yang mungkin cuek. Mengelus sayang bagi kita yang mungkin belum sayang.
Ya! Sebatas itu, tidak lebih tidak kurang.
Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung ini memiliki
permasalahan kompleks dari berbagai asfek, baik itu segi sosial, budaya,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, dan keamanan. Mari! Kita telaah satu
persatu dengan logika kekanak-kanakan saya. Hehehe...
1. SOSIAL DAN BUDAYA
Masih sangat segar dalam ingatan kita bentrokan
antara warga Kelurahan Pulau Temiang Kecamatan Tebo Ulu dengan Suku Anak Dalam
(SAD) di Desa Pemayung Kecamatan Sumay pada Selasa, 23 Februari 2016. Tragedi
ini berawal perkelahian antara dua belah pihak yang berebut lahan hingga
akhirnya berujung penyerangan, pengrusakan, dan pembakaran rumah, minibus, dan sejumlah
bangunan milik PT LAJ (Lestari Asri Jaya). Desa Muara Kilis Kecamatan Tengah
Ilir juga pernah membara dengan penyerangan sekelompok warga Suku Anak Dalam
(SAD) ke kantor PT TI (Tebo Indah)), Selasa (21/1/14). Kejadian ini didalangi
oleh salah seorang warga setempat dengan latar belakang sengketa lahan.
Selain itu juga pernah terjadi konflik pada Rabu
(11/1/2012), sekitar pukul 11.30 di Dusun Tuo Ulu, Desa Balai Rajo, Kecamatan Tujuh
Koto Ilir. Tragedi ini menyebabkan seorang petugas PT. LAJ meninggal dunia, tiga orang kritis dan
tiga aparat kepolisian mengalami luka serius. Akar masalahnya pun tidak
jauh berbeda yaitu perebutan lahan. Andai tidak ada solusi konkrit bukan tidak
mungkin akan ada tregedi pembacokan dan pemenggalan kepala
seperti di Desa Sungai Sodong Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
(21 April 2011). Bahkan sangat bisa jadi merembet antara warga asli dan
pendatang seperti Tragedi Sampit Berdarah tahun 2001 silam.
Sederetan masalah sosial tersebut dipicu oleh kesenjangan
kesejahteraan, kemiskinan, ketegangan politik, ditambah ketidaktegasan
pemerintah dianggap sebagai akar masalah merebaknya konflik di Tebo saat ini hingga
melahirkan rapuhnya kohesi sosial dan kecemburuan ekonomi. Solusinya perlakukan
semua masyarakat secara adil dan hindari pembangunan yang bersifat desentralisasi,
apalagi membawa isu tanah kelahiran atau kesukuan.
Tidak sampai di situ. Kita memiliki masalah yang
sangat mengkhawatirkan dengan kenakalan remaja, seperti penyalahgunaan NAPZA (Narkoba,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainya), free
sex, dan kemerosotan moral lainnya, apalagi di desa-desa yang jauh dari
pengawasan. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian khusus semua pihak. Tindak
tegas bagi siapapun yang memiliki keterkaitan dengan barang ini, lakukan
pengawasan terutama di desa pedalaman, bangun mindset terbarukan di tengah remaja kita dan alihkan mereka pada
kegiatan positif. Lebih jelasnya saya rasa kita semua sudah tahu, tapi mungkin
masih lelah saja. Ya! Tidak apa-apa minum dulu lalu istirahat sejenak. Tapi
jangan kelamaan ya.
2.
PENDIDIKAN
Sudah tahukah kita? Angka putus sekolah dan buta
huruf di daerah seberang dan pedalaman Kota Tebo sangat memprihatinkan, dimana
95% masyarakat Talang Mamak Dusun Simarantihan Kecamatan Sumay adalah buta
huruf, belum lagi nasib Suku Anak Dalam yang jauh dari kata baik. Ironi
sebenarnya mendengar beberapa pradoks ini, karena di tengah kucuran APBN
sebesar 20% atau setara 27,48 triliun kita masih bercerita tentang ini. Tapi
sudahlah terlalu jauh bila kita membahas masyarakat Talang Mamak dan SAD,
problema sarana/prasarana, guru yang belum mumpuni, dan bla bla bla seterusnya
sudah membuat keteteran bukan kepalang.
Oh ya!...Kita semua sudah tahu kan? Masalah yang
terjadi di STIT Al-Falah Rimbo Bujang, yaitu dari izin operasional mati padahal
kegiatan perkuliahan masih berjalan sampai para dosen tidak lagi menjalankan
tugas karena tidak menerima gaji selama empat bulan. Lantas apakah STIT Tebo
sudah mendapatkan perhatian khusus, saya rasa juga tidak. Lihatlah dari segi fisiknya. Upz!
Maaf bila saya menilai dari sampulnya, semoga apa saya yang pikirkan tidak
demikian. Tapi miris nggak sih? Kita tidak bisa memberi perhatian lebih untuk
satu atau dua buah kampus.
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Tebo juga harus
mendapatkan perhatian khusus. Mobil Perpustakaan Keliling dan 1000 (seribu)
eksemplar buku yang dihibahkan Perpustakaan RI yang dulu pernah ada boleh
dimanfaatkan lebih maksimal lagi. Rumah Pintar Sultan Thaha Syaifudin yang
sudah diresmikan sejak tanggal 06 Desember 2012 saya rasa perlu dikelolah lebih
baik lagi. Dan berbagai masalah lain. Solusinya tempatkan pengelolah sesuai
posnya, jika tidak ada kompetensi apalagi integritas tidak perlulah berjudi di
sini.
3. EKONOMI
3. EKONOMI
Kondisi
ekonomi di Tebo berada dalam kepingsanan. Karena sama-sama kita ketahui
masyarakat kita cenderung berada dalam kondisi karetpedia atau sawitpedia. Apa
itu? Aneh amat ya. He he he. Karetpedia/sawitpedia adalah ketergantungan kepada
karet atau sawit. Kondisi ini menyebabkan ketidakberdayaan dalam masyarakat
kita. Menjalar kepada kecemburuan ekonomi dan sosial hingga melahirkan
perampokan, pembunuhan, perceraian, pemerkosaan, dan ketidakberdayaan.
Sangat
kita sadari lambatnya pertumbuhan ekonomi saat ini dipengaruhi naiknya harga
minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak
mentah. Kelangkaan disebabkan menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya
distribusi minyak. Kenaikan harga minyak menyebabkan harga barang pokok lain
ikut naik. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi berkurang dan terjadi
penurunan kegiatan ekonomi masyarakat. Ditambah berbagai permasalahan lain yang
tidak usah saya jelaskan lagi, karena sebetulnya kita sudah tahu.
Solusinya
mari kita berdayakan masyarakat dengan berbagai inovasi perkebunan dan
pertanian lain, masih banyak kok jenis tanaman selain karet dan sawit yang
keuntungan bahkan jauh di atasnya. Pantau pemberian kartu sejahtera dan
sejenisnya yang terkesan tidak tepat sasaran. Gerakkan industri kreatif yang
selama ini tidak nampak belangnya. Manfaatkan secara maksimal lagi dari sektor
prawisata, karena kita punya Candi TuoSumay yang punya sejarah menakjubkan.
Kita punya air terjun nan mempesona di Desa Lubuk Mandarsah Kecamatan Tengah
Ilir. Kita juga punya wisata sekaligus terapi air hangat di Dusun Aek Hangat
Kelurahan Sei Bengkal. Tak usahlah terlalu terfokus kepada Tanggo Rajo dan Simpang
Limo. Meski itu perlu, tapi kalau ada yang lebih eksotik dan prospek untuk
menarik wisatawan kenapa tidak turut diperhatikan. Saya rasa mereka sedih
karena dianaktirikan. Tapi tidak apa-apalah, nanti saya bantu membujuknya
dengan bahasa kekanak-kanakanku. He he he...
4.
PELAYANAN KESEHATAN
Nah! Bagian satu ini saya cukup melek, meski tidak
pintar-pintar amat. Karena sebetulnya saya berlatar belakang Perawat. Hanya
saja karena saya terlalu bodoh dan sedikit kekanak-kanakan saya tidak seutuhnya
berada di dalamnya. Kita memiliki masalah pelayanan kesehatan yang semrawut tak
terkecuali di Rumah Sakit.
Secara manajemen pengelolahannya RS ada istilah patient safety (keselamatan pasien).
Menurut
WHO Collaborating Centre
for Patient Safety, 2 Mei 2007, yaitu: perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names), pastikan
identifikasi pasien, komunikasi secara benar saat serah terima pasien, pastikan
tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar, kendalikan cairan elektrolit
pekat, pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan, hindari salah
kateter dan salah sambung slang, gunakan alat injeksi sekali pakai, dan tingkatkan
kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
Akan tetapi fakta yang terjadi di lapangan, bahagian
ini masih membutuhkan perhatian khusus dan pekerjaan cukup serius untuk
dibenahi. Meski ini bersifat subyektif, tapi saya akan coba jelaskan kepada
kita dengan logika kekanak-kanakan saya. Begini ceritanya. Suatu hari saya melakukan
check-up kesehatan di sana, begitu
saat pendaftaran saya disambut dengan ucapan “maaf ya bang, saya kasih kartu berobat yang bekas. Kartu berobatnya
lagi belum dibuat” Ujar bagian receptionist. Oh! Maklum (dalam hatiku).
Saya pergi ke RS sendirian saat itu belum tahu mana ruang pemeriksaan dan laboratium,
sayangnya mereka hanya mengarahkan aku dengan telunjuknya. Oke! Maklum (Salah
sendiri kenapa datang sendiri ke RS). Selanjutnya begitu selesai pemeriksaan
ada tiga jenis obat yang diresepkan dokter, dua di antara tidak terdapat di
apotik RS , lalu saya disuruh beli di apotik luar. Oh! Maklum (Salah sendiri
kenapa saya mau sakit). He he he
Kejadian ganjil lain kembali terulang hanya
beberapa hari berikut ini. Saya mengantarkan istri saudara sepupu dengan
diagnosa medis kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim). Begitu saudara saya
memperlihatkan hasil laboratorium, ia menjelaskan kalau hasil pemeriksaan urin
tidak ada karena alatnya rusak. Lalu
bagaimana tindakan selanjutnya untuk pengangkatan diagnosa, apakah kita bisa
lebih hebat dari dukun yang menguasahi ilmu naluri? Oke! Maklum (karena mungkin
pemeriksaan urin bukan prioritas utama untuk pengangkatan diagnosa medis ini,
sudah cukup USG, pemeriksaan fisik, darah, dan lain-lain).
Lalu bagaimana kalau
kasusnya memang kuat dugaan kepada masalah, seperti ginjal
dan saluran kemih atau fungsi bermacam-macam organ lain, seperti hati, saluran empedu,
pankreas, dan lain-lain. Apakah pemeriksaan urin memang sudah tidak lagi
dibutuhkan di sini? Ini konyol menurut logika kekanak-kanakan saya. Tapi ya
sudahlah!. Unit Pelayanan Donor Darah
menjadi pertanyaan saya kepada PMI (Palang Merah Indonesia) Tebo. Kenapa begitu
pasien membutuhkan pendonor dicari? Kenapa tidak disiapkan dari awal dengan
membuka stand donor darah di tempat-tempat keramaian? Dan alasan yang cukup
menghentikan detak jantungku, adalah dikarenakan Blood Bank tidak cukup menampung lebih banyak. Oh! Maklum (mungkin
saja blood bank seharga RS) He he
he...
5.
POLITIK DAN
KEAMANAN
Sadarkah kita? Kabupaten Tebo menjadi pusat
perhatian dalam masalah politik dan keamanannya. Kabupaten yg baru berumur
kurang lebih 17 tahun ini memiliki beragam gonjang-ganjing politik yang cukup
menyayat hati. Hal ini mulai dari ketidakakuran eksekutif dan legislatif sampai
dengan ketidakharmonisan hubungan eksekutif itu sendiri. Sungguh sangat
disayangkan bukan.
Permasalahan tapal batas juga menjadi perhatian
khusus di sini. Kabupaten kita mempunyai masalah tapal batas dengan Kabupaten
Bungo, hingga kini masih menjadi konflik berkepanjangan yang belum terselesaikan
antara warga Kecamatan Bathin II Babeko dan Bathin III Kabupaten Bungo. Mereka
berharap konflik batas antara Kabupaten Bungo dan Tebo segera tuntas dengan
dikembalikannya ke batas tapal batas lama. Batas lama yang dimaksud, batas yang
mengacu pada surat penyerahaan dari Marga Bathin III Ilir dan Marga Bathin II
Babeko untuk proyek tranmigrasi pada tahun 1975 lalu.
Selama dalam
rentan tujuh tahun saja yaitu sejak tahun 2003 s/d tahun 2009. Pertikaian
panjang sudah terjadi antara kalangan eksekutif (Bupati) dengan kalangan
legislatif (DPRD), beragam peristiwa yang lumayan menghebohkan terjadi,
misalnya keluarnya mosi tidak percaya kepada Bupati oleh DPRD pada 2003,
penolakan pembahasan APBD, penolakan laporan pertanggungjawaban (LPJ) Bupati,
bahkan pada tahun 2005, setelah melalui proses panjang nan berliku dan memakan
energi yang tidak sedikit, keluarlah putusan Mahkamah Agung yang menyatakan
bahwa Bupati Madjid Mu`az tidak lagi diperkenankan menjabat Bupati, walaupun
pada akhirnya, impeachment itu urung bisa dilaksanakan karena masa jabatan
Bupati Madjid mu`az keburu habis untuk masa bakti yang pertama (2001-2006).
Periode
berikutnya (2006-2011), Madjid Mu`az kembali terpilih menjadi Bupati Tebo melalui
pemilihan umum kepala daerah pertama yang langsung di pilih oleh rakyat Tebo.
sementara itu, dari kalangan legislatif juga tidak banyak mengalami perubahan,
Pemilu legislatif tahun 2004 untuk memperebutkan 30 kursi anggota DPRD Tebo
masih di dominasi wajah-wajah lama, artinya pertikaian abadi
eksekutif-legislatif jilid II versi Kabupaten Tebo baru saja di mulai.
Kemenangan Madjid-Sukandar pada Pemilukada 2006 itu tidak serta merta membuat
mereka dilantik, beberapa kali penjadwalan pelantikan Bupati-Wakil Bupati
terpilih urung dilaksanakan, karena DPRD Tebo sedang menginisiasi impeachment jilid 2, terkait dugaan
kekeliruan penerimaan CPNS 2006 oleh Bupati Madjid Mu`az.
Selanjutnya beragam
kekisruhan politik kembali dan kembali mewarnai perjalanan Kabupaten kita
tercinta ini. Sementara itu di sisi lain pihak DPRD Tebo juga beberapa orang
terbukti secara hukum telah melakukan tindak pidana korupsi secara berjama`ah,
yang menyebabkan 12 orang di antaranya (termasuk ketua dan wakil ketua DPRD)
harus merasakanya dinginnya terali besi di Lapas kelas II C Muara Tebo,
walaupun pada akhirnya setelah melalui masa persidangan selama sekitar 3 tahun,
pengadilan memutuskan hanya 4 orang yang terbukti secara sah telah berjama`ah
untuk korupsi.
Pada tahun
2011 masa jabatan Bupati Madjid mu`az berakhir, sesuai dengan undang-undang,
beliau tidak lagi di perkenankan untuk menduduki posisi Bupati untuk ketiga
kalinya, maka pada tanggal 10 maret 2011, Kabupaten Tebo menggelar Pemilihan
kepala daerah, dan Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi keluar sebagai pemenang dengan
mengungguli Sukandar-Hamdi dan Ridham-Eko. Namun rupanya Yopi-Sapto belum bisa
menikmati kemenangannya, pasalnya Sukandar-Hamdi melayangkan gugatan ke
Mahkamah Konstitusi dengan tuduhan pasangan Yopi-Sapto telah melakukan
pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif. pada tanggal 13
April 2011, setelah melalui proses persidangan panjang dan berliku, akhirnya MK
(Mahkamah Kontitusi) yang diketuai Akil Mochtar memutuskan bahwa proses pemilihan kepala
daerah Kabupaten Tebo harus diulang di seluruh TPS yang berjumlah 668 TPS,
karena MK telah menemukan cukup bukti bahwa telah terjadi pelanggaran dalam Pilkada
Tebo 2011.
Sepanjang
sejarah Provinsi Jambi, inilah gugatan pertama yang dimenangkan pemohon di
Mahkamah Konstitusi mengikuti Putusan MK, KPUD Tebo kembali menggelar
Pemilukada Ulang pada 5 Juni 2011, dan hasilnya kebalikan dari Pemilukada
pertama, di mana pasangan calon Sukandar-Hamdi memenangkan pemilukada ulang
ini, dengan Yopi-Sapto di urutan kedua dan Ridham-Eko di urutan ketiga. tentu
saja hasil ini di luar prediksi banyak pihak, yang berakibat pada berubahnya peta
politik di Kabupaten ini. Selengkapnya http://www.kompasiana.com/wahyudhi_yusuf/tebo-kabupaten-sejuta-kisruh
politik_5500e18e813311255efa80f3
Kita sebagai
masyarakat Tebo tentu sangat mengidamkan
pemimipin di luar catatan kelam ini. Tidak lagi mengedepankan ego sendiri dan
pihak tertentu. Tidak lagi menyalahgunaan kewenangan. Tidak melulu bergelut
dalam kekisruhan dan kepentingan. Setidaknya memiliki kompetensi, integritas,
dan loyalitas untuk Kabupaten Tebo. Saya pikir kita masih memiliki stok
pemimpin yang seperti itu. Tanggal 15 Februari 2017 kita akan menjawabnya. Mari!
tetap simpan rasa optimis untuk sosok pemimpin yang diidamkan. Cukup sampai di
sini saya utarakan logika kekanak-kanakan saya. Salam Semangat untuk Perubahan
Tebo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar