Senin, 07 September 2015

KEMBALI KE KECILKU (Edisi Spesial: Permainan tradisonal Anak)



Ada yang menarik ketika aku berjalan ke komplek Taman Pintar, lebih tepatnya Museum Kolong Tangga yang berada sebelah utara Malioboro Yogyakarta pada hari Ahad (6/08/15). Di dalamnya aku serasa kembali dalam nostalgia  masa kanak-kanak, kedua bola mataku seakan dimanjakan dengan beragam koleksi dan miniatur permainan anak-anak nusantara hingga dunia. Setelah kurang lebih 45 menit menyisiri sudut demi sudut sambil sesekali mengabadikan negeri dongeng ini, aku tanpa sengaja dipertemukan dengan sosok lelaki bule bertubuh besar berkulit putih asal Belgia. Ya! Dialah sang penggagas berdirinya Museum Kolong Tangga ini. Bapak Rudy Corens namanya.  
Sampai akhirnya dia menanyakan namaku serta asalku. Begitu ia tahu aku berasal dari Sumatera Jambi. Ia pun melontarkan sebuah pertanyaan; “bagaimana masih adakah permainan anak-anak di daerahmu yang belum dipublikasikan di sini?”. “Saya kira masih ada beberapa permainan yang belum ada mister”. Jawabku.  Kondisi ini rupanya semakin menggugahnya untuk mengajakku mengobrol sedikit agak serius. Singkat cerita karena dia masih punya kesibukan lain, kami pun membuat kesepakatan untuk bertemu kembali di lain waktu, bahkan saking penasarannya dia berharap bisa ikut denganku ke Jambi.
Kondisi ini terus terang saja sangat mengispirasi sekaligus menambah vitamin motivasiku, karena aku juga cukup mencemaskan keberadaan permainan-permainan tradisional yang menghiasi keceriaan masa kecilku. Karena sudah menjadi rahasia umum bagaimana mahadahsyatnya perkembangan game online dan teknologi gadget. Hampir sulit ditemukan anak bermain kalereng, karet gelang, gambar, ladang, tapekong, pancit, tengkot, lempar timah rokok, dan apapun itu. Berikut aku coba mengingat-ingat beberapa permainan yang sempat hadir di tengah berlalunya masa indah itu:

1.      Kalereng

Permainan bendah bulat padat yang rata-rata berukuran 1,5 inci adalah salah satu permainan yang sangat kugemari, bahkan tak jarang aku balik ke rumah sesaat sebelum muazin mengumandangkan azan Maghrib, biasanya sebagai penanda kami berpatokan menyala tidaknya bola lampu listrik. Jika sudah menyala aku pun bergegas pulang dengan tubuh dekil dan bau, sehingga tak jarang sesampai ke rumah dimarahin bahkan dipukuli, karena bermain melewati batas waktu.
Permainan bendah yang juga biasa disebut ekal  ini kugemari sejak usia kurang lebih 5 tahun hingga saat ini. Aku kerapkali menabung dari hasil penjualan kalereng ke teman-teman setelah aku memenangkan banyak permainan. Aku sungguh sangat menikmati permainannya. Menurut bentuknya permainan ini ada 5 cara:
a.       Bunoh kujut yaitu permainan ini dengan cara kujut (kalereng yang kita gunakan)  mengenai kujut (kalereng yang dipakai lawan), apabila berhasil maka lawan dinyatakan keluar dari permainan.
Langkah-langkahnya:
1)      Menentukan tagan (kalereng yang dipasang untuk diperebutkan)
2)      Membuat pot (bidang segitiga untuk menyusun tagan)
3)      Membuat garis start untuk melakukan pitikan ke arah tagan
4)      Semua peserta secara bergantian melakukan pitikan
5)      Siapa saja yang bisa mengeluarkan kalereng dari potnya yaitu dengan 3 ukuran kalereng, maka ia dinyatakan mendapatkan buah dan bisa membunuh lawanya. Apabila sama-sama mendapatkan buah maka ditentukan berdasarkan jauhnya jarak kujut (kalereng yang digunakan untuk alat permainan) ke pot.
6)      Namun ketika melakukan pitikan kujut yang digunakan bersarang dalam pot atau mengenai sukatan (dalam 3 ukuran kelereng termasuk kujut), maka ia dinyatakan tidak bisa melanjutkan permainan.  
7)      Apabila saat dalam permainan kujut lawan mengenai kujut kita yang mendapatkan buah (yang berhasil mengeluarkan kalereng), sedangkan ia belum mendapatkan buah, maka ia pun dinyatakan mengakhiri permainannya alias mati.
8)      Permainan ini juga menggunakan istilah manis yaitu ketika kita berhasil mengeluarkan buah dan posisi kujut kita berada dalam jarak maksimal 1 jengkal, maka keadaan ini sangat membantu kita untuk mengendalikan permainan serta membunuh kujut lawan.
9)      Kemudian siapa yang terakhir tersisa dalam permainan ini, maka dia lah yang berhak mengambil semua buah yang yang diperebutkan.
b.      Ambek buah yaitu permainan yang satu ini sedikit lebih simpel, karena tugas masing-masing yang bermain mengeluarkan buah yang ada dalam pot dengan kujutnya. Di dalam permainan ini siapa yang pintar mengeluarkan buah, maka ia lah pemenangnya, karena begitu buah berhasil dikeluarkan langsung diambil. Sedangkan peraturan lainnya sama dengan bunuh kujut di atas.
c.       Kepalok ular yaitu permainan ini dengan membuat bidang garis membentuk kepala ular, kemudian melakukan pitikan, siapa di antara yang bisa mengenai kepala ularnya, maka ia berhak mengambil semua buah tersebut dari yang terkena sampai ke bawah, seterusnya baik kita atau yang lain hanya memperebutkan bagian kepala. Biasanya dalam permainan ini jarak melakukan pitikan lebih jauh dibandingkan bunuh kujut ataupun ambek buah dan tagannya juga jauh lebih banyak.
d.      Maen kilan yaitu permainan ini jauh lebih sederhana dan biasanya diikuti cukup 2 sampai 3 anak saja. Tugasnya sangat sederhana hanya cukup melakukan pitikan ke arah kujut lawan, apabila posisi kujut kita maksimalkan 1 jengkal, maka berhak meminta kalereng yang disepakati untuk dipertaruhkan dan begitulah seterusnya.
e.       Bintih kujut yaitu kita melakukan pitikan mengenai kujut lawan, apabila kena kita berhak meminta kaleremg sesuai kesepakatan.

 2.      Karet gelang
Permainan karet gelang ini juga sangat popular di Jambi, khususnya Kabupaten Tebo. Berikut langkah sederhana permainan ini:
a.       Menentukan tagan (jumlah karet gelang dari masing-masing anak untuk diperebutkan)
b.      Membuat pancang (biasanya lidi kelapa kerap digunakan sebagai tempat untuk meletakkan karet gelang)
c.       Menentukan posisi untuk melakukan bidikan
d.      Kemudian karet gelang boleh diambil, apabila terlepas dari pancangnya

3. Maen gambar
Permainan tradisional satu ini ada 2 cara memainkannya:
A.     Maen tepak yaitu biasanya dilakukan hanya 2 anak, pertama kali menentukan tagan (gambar yang akan dipertaruhkan), lalu kedua anak tersebut meletakkan gambar yang dijadikannya kujut di telapak tangannya, kemudian secara bersamaan mengadu telapak tangannya, seperti kira-kira saat tos. Kujut dinyatakan mati bila posisi gambarnya terbalik atau terlungkup dan apabila dalam posisi tegak, maka ia boleh meneruskan permainan.
B.     Maen lambong yaitu dimana kujut secara bersamaan dilemparkan ke udara, mana kujut yang dinyatakan mati, maka ia tidak boleh meneruskan permainan. Cara kedua ini cenderung dilakukan secara rame atau banyak anak.

4.      Maen sen timah rokok
Maen sen timah rokok ini adalah memperebutkan timah rokok atau bagian terdalam bungkus rokok, bagi anak-anak di sana itu diibaratkan sen (duit). Biasanya rokok yang paling gampang ditemukan dihargai rendah dan begitu sebaliknya. Berikut cara permainannya:
A.     Menentukan tagan (sen timah rokok yang bakalan dipertarukan)
B.     Membuat lingkaran untuk meletakkan semua sen timah rokok yang diperebutkan
C.     Menentukan garis untuk melakukan lemparan, biasanya lemparan menggunakan sandal
D.     Apabila sen timah rokok keluar dari lingkaran, maka langsung boleh diambil
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar