Sabtu, 24 September 2016

SIAPAPUN PEMENANG PILKADA TEBO 2017, INI DIA YANG PERLU DIPERHATIKAN


Solihin Rds, ISM

JPC- Penantian panjang siapa yang maju di Pemilukada Tebo 2017 terjawab sudah. Pasangan Calon (Paslon) Sukandar-Sahlan diusung Partai Golkar, PDI Perjuangan, PAN, PKS, dan Partai Hanura serta partai pendukung Perindo mendaftarkan diri pada Rabu, 21 September 2016. Kemudian di hari berikutnya Paslon Hamdi-Harmain diusung Partai Demokrat, Partai Nasdem, PKB serta didukung oleh Partai Gerindra, PPP, dan PBB. Kita tentu berharap memiliki pemimpin yang tahu permasalahan yang terjadi di wilayahnya, sehingga mampu mengambil kebijakan dan keputusan yang tepat untuk kesejahteraan dan kedamaian masyarakatnya.  



Ini merupakan Pemilukada ketiga (red. keempat bila termasuk Pemilukada Ulang 5 Juni 2011) yang dilaksanakan secara langsung oleh rakyat sejak pemekaran wilayah Bungo-Tebo Tahun 1999. Siapapun orangnya, apapun agamanya, darimanapun sukunya, dan bagaimanapun trade record-nya pekerjaan rumah sudah menanti begitu banyak, bahkan sudah berada di tingkat kritis untuk dibenahi. Meski demikian secara garis besar cuma ada dua permasalahan, yaitu banjir dan macet sama halnya Provinsi DKI Jakarta. Namun bedanya kita mengalami bencana kebanjiran pengharapan masyarakat kepada sosok pemimpin yang benar memperjuangkan nasib mereka, akan tetapi di satu sisi pemangku kebijakannya menunjukkan kemacetan dalam menjaga integritas dan loyalitasnya untuk kesejahteraan masyarakatnya. 

Sebagai anak muda ingusan yang minim pengetahuan dan dangkal pengalaman politik. Izinkan saya bersuara sebatas ranah itu. Tulisan ini hanya sekedar melawan lupa bagi kita yang mungkin lupa. Mengendus cuek bagi kita yang mungkin cuek. Mengelus sayang bagi kita yang mungkin belum sayang. Ya! Sebatas itu, tidak lebih tidak kurang. 

Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung ini memiliki permasalahan kompleks dari berbagai asfek, baik itu segi sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, dan keamanan. Mari! Kita telaah satu persatu dengan logika kekanak-kanakan saya. Hehehe...
    
1.      SOSIAL DAN BUDAYA

Masih sangat segar dalam ingatan kita bentrokan antara warga Kelurahan Pulau Temiang Kecamatan Tebo Ulu dengan Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Pemayung Kecamatan Sumay pada Selasa, 23 Februari 2016. Tragedi ini berawal perkelahian antara dua belah pihak yang berebut lahan hingga akhirnya berujung penyerangan, pengrusakan, dan pembakaran rumah, minibus, dan sejumlah bangunan milik PT LAJ (Lestari Asri Jaya). Desa Muara Kilis Kecamatan Tengah Ilir juga pernah membara dengan penyerangan sekelompok warga Suku Anak Dalam (SAD) ke kantor PT TI (Tebo Indah)), Selasa (21/1/14). Kejadian ini didalangi oleh salah seorang warga setempat dengan latar belakang sengketa lahan. 

Selain itu juga pernah terjadi konflik pada Rabu (11/1/2012), sekitar pukul 11.30 di Dusun Tuo Ulu, Desa Balai Rajo, Kecamatan Tujuh Koto Ilir. Tragedi ini menyebabkan seorang petugas  PT. LAJ meninggal dunia, tiga orang kritis dan tiga aparat kepolisian mengalami luka serius. Akar masalahnya pun tidak jauh berbeda yaitu perebutan lahan. Andai tidak ada solusi konkrit bukan tidak mungkin akan ada tregedi pembacokan dan pemenggalan kepala seperti di Desa Sungai Sodong Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan (21 April 2011). Bahkan sangat bisa jadi merembet antara warga asli dan pendatang seperti Tragedi Sampit Berdarah tahun 2001 silam. 

Sederetan masalah sosial tersebut dipicu oleh kesenjangan kesejahteraan, kemiskinan, ketegangan politik, ditambah ketidaktegasan pemerintah dianggap sebagai akar masalah merebaknya konflik di Tebo saat ini hingga melahirkan rapuhnya kohesi sosial dan kecemburuan ekonomi. Solusinya perlakukan semua masyarakat secara adil dan hindari pembangunan yang bersifat desentralisasi, apalagi membawa isu tanah kelahiran atau kesukuan.  

Tidak sampai di situ. Kita memiliki masalah yang sangat mengkhawatirkan dengan kenakalan remaja, seperti penyalahgunaan NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainya), free sex, dan kemerosotan moral lainnya, apalagi di desa-desa yang jauh dari pengawasan. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian khusus semua pihak. Tindak tegas bagi siapapun yang memiliki keterkaitan dengan barang ini, lakukan pengawasan terutama di desa pedalaman, bangun mindset terbarukan di tengah remaja kita dan alihkan mereka pada kegiatan positif. Lebih jelasnya saya rasa kita semua sudah tahu, tapi mungkin masih lelah saja. Ya! Tidak apa-apa minum dulu lalu istirahat sejenak. Tapi jangan kelamaan ya. 

2.      PENDIDIKAN

Sudah tahukah kita? Angka putus sekolah dan buta huruf di daerah seberang dan pedalaman Kota Tebo sangat memprihatinkan, dimana 95% masyarakat Talang Mamak Dusun Simarantihan Kecamatan Sumay adalah buta huruf, belum lagi nasib Suku Anak Dalam yang jauh dari kata baik. Ironi sebenarnya mendengar beberapa pradoks ini, karena di tengah kucuran APBN sebesar 20% atau setara 27,48 triliun kita masih bercerita tentang ini. Tapi sudahlah terlalu jauh bila kita membahas masyarakat Talang Mamak dan SAD, problema sarana/prasarana, guru yang belum mumpuni, dan bla bla bla seterusnya sudah membuat keteteran bukan kepalang. 

Oh ya!...Kita semua sudah tahu kan? Masalah yang terjadi di STIT Al-Falah Rimbo Bujang, yaitu dari izin operasional mati padahal kegiatan perkuliahan masih berjalan sampai para dosen tidak lagi menjalankan tugas karena tidak menerima gaji selama empat bulan. Lantas apakah STIT Tebo sudah mendapatkan perhatian khusus, saya rasa juga tidak. Lihatlah dari segi fisiknya. Upz! Maaf bila saya menilai dari sampulnya, semoga apa saya yang pikirkan tidak demikian. Tapi miris nggak sih? Kita tidak bisa memberi perhatian lebih untuk satu atau dua buah kampus.  


Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Tebo juga harus mendapatkan perhatian khusus. Mobil Perpustakaan Keliling dan 1000 (seribu) eksemplar buku yang dihibahkan Perpustakaan RI yang dulu pernah ada boleh dimanfaatkan lebih maksimal lagi. Rumah Pintar Sultan Thaha Syaifudin yang sudah diresmikan sejak tanggal 06 Desember 2012 saya rasa perlu dikelolah lebih baik lagi. Dan berbagai masalah lain. Solusinya tempatkan pengelolah sesuai posnya, jika tidak ada kompetensi apalagi integritas tidak perlulah berjudi di sini.

3. EKONOMI

Kondisi ekonomi di Tebo berada dalam kepingsanan. Karena sama-sama kita ketahui masyarakat kita cenderung berada dalam kondisi karetpedia atau sawitpedia. Apa itu? Aneh amat ya. He he he. Karetpedia/sawitpedia adalah ketergantungan kepada karet atau sawit. Kondisi ini menyebabkan ketidakberdayaan dalam masyarakat kita. Menjalar kepada kecemburuan ekonomi dan sosial hingga melahirkan perampokan, pembunuhan, perceraian, pemerkosaan, dan ketidakberdayaan.

Sangat kita sadari lambatnya pertumbuhan ekonomi saat ini dipengaruhi naiknya harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah. Kelangkaan disebabkan menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi minyak. Kenaikan harga minyak menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi berkurang dan terjadi penurunan kegiatan ekonomi masyarakat. Ditambah berbagai permasalahan lain yang tidak usah saya jelaskan lagi, karena sebetulnya kita sudah tahu. 

Solusinya mari kita berdayakan masyarakat dengan berbagai inovasi perkebunan dan pertanian lain, masih banyak kok jenis tanaman selain karet dan sawit yang keuntungan bahkan jauh di atasnya. Pantau pemberian kartu sejahtera dan sejenisnya yang terkesan tidak tepat sasaran. Gerakkan industri kreatif yang selama ini tidak nampak belangnya. Manfaatkan secara maksimal lagi dari sektor prawisata, karena kita punya Candi TuoSumay yang punya sejarah menakjubkan. Kita punya air terjun nan mempesona di Desa Lubuk Mandarsah Kecamatan Tengah Ilir. Kita juga punya wisata sekaligus terapi air hangat di Dusun Aek Hangat Kelurahan Sei Bengkal. Tak usahlah terlalu terfokus kepada Tanggo Rajo dan Simpang Limo. Meski itu perlu, tapi kalau ada yang lebih eksotik dan prospek untuk menarik wisatawan kenapa tidak turut diperhatikan. Saya rasa mereka sedih karena dianaktirikan. Tapi tidak apa-apalah, nanti saya bantu membujuknya dengan bahasa kekanak-kanakanku. He he he...      
       
4.      PELAYANAN KESEHATAN

Nah! Bagian satu ini saya cukup melek, meski tidak pintar-pintar amat. Karena sebetulnya saya berlatar belakang Perawat. Hanya saja karena saya terlalu bodoh dan sedikit kekanak-kanakan saya tidak seutuhnya berada di dalamnya. Kita memiliki masalah pelayanan kesehatan yang semrawut tak terkecuali di Rumah Sakit. 

Secara manajemen pengelolahannya RS ada istilah patient safety (keselamatan pasien). Menurut WHO Collaborating Centre for Patient  Safety, 2 Mei 2007, yaitu: perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names), pastikan identifikasi pasien, komunikasi secara benar saat serah terima pasien, pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar, kendalikan cairan elektrolit pekat, pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan, hindari salah kateter dan salah sambung slang, gunakan alat injeksi sekali pakai, dan tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

Akan tetapi fakta yang terjadi di lapangan, bahagian ini masih membutuhkan perhatian khusus dan pekerjaan cukup serius untuk dibenahi. Meski ini bersifat subyektif, tapi saya akan coba jelaskan kepada kita dengan logika kekanak-kanakan saya. Begini ceritanya. Suatu hari saya melakukan check-up kesehatan di sana, begitu saat pendaftaran saya disambut dengan ucapan “maaf ya bang, saya kasih kartu berobat yang bekas. Kartu berobatnya lagi belum dibuat” Ujar bagian receptionist. Oh! Maklum (dalam hatiku). Saya pergi ke RS sendirian saat itu belum tahu mana ruang pemeriksaan dan laboratium, sayangnya mereka hanya mengarahkan aku dengan telunjuknya. Oke! Maklum (Salah sendiri kenapa datang sendiri ke RS). Selanjutnya begitu selesai pemeriksaan ada tiga jenis obat yang diresepkan dokter, dua di antara tidak terdapat di apotik RS , lalu saya disuruh beli di apotik luar. Oh! Maklum (Salah sendiri kenapa saya mau sakit). He he he

Kejadian ganjil lain kembali terulang hanya beberapa hari berikut ini. Saya mengantarkan istri saudara sepupu dengan diagnosa medis kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim). Begitu saudara saya memperlihatkan hasil laboratorium, ia menjelaskan kalau hasil pemeriksaan urin tidak ada karena alatnya rusak.  Lalu bagaimana tindakan selanjutnya untuk pengangkatan diagnosa, apakah kita bisa lebih hebat dari dukun yang menguasahi ilmu naluri? Oke! Maklum (karena mungkin pemeriksaan urin bukan prioritas utama untuk pengangkatan diagnosa medis ini, sudah cukup USG, pemeriksaan fisik, darah, dan lain-lain). 

Lalu bagaimana kalau kasusnya memang kuat dugaan kepada masalah, seperti   ginjal dan saluran kemih atau fungsi bermacam-macam organ lain, seperti hati, saluran empedu, pankreas, dan lain-lain. Apakah pemeriksaan urin memang sudah tidak lagi dibutuhkan di sini? Ini konyol menurut logika kekanak-kanakan saya. Tapi ya sudahlah!. Unit Pelayanan Donor Darah menjadi pertanyaan saya kepada PMI (Palang Merah Indonesia) Tebo. Kenapa begitu pasien membutuhkan pendonor dicari? Kenapa tidak disiapkan dari awal dengan membuka stand donor darah di tempat-tempat keramaian? Dan alasan yang cukup menghentikan detak jantungku, adalah dikarenakan Blood Bank tidak cukup menampung lebih banyak. Oh! Maklum (mungkin saja blood bank seharga RS) He he he...

5.      POLITIK DAN KEAMANAN

Sadarkah kita? Kabupaten Tebo menjadi pusat perhatian dalam masalah politik dan keamanannya. Kabupaten yg baru berumur kurang lebih 17 tahun ini memiliki beragam gonjang-ganjing politik yang cukup menyayat hati. Hal ini mulai dari ketidakakuran eksekutif dan legislatif sampai dengan ketidakharmonisan hubungan eksekutif itu sendiri. Sungguh sangat disayangkan bukan.   

Permasalahan tapal batas juga menjadi perhatian khusus di sini. Kabupaten kita mempunyai masalah tapal batas dengan Kabupaten Bungo, hingga kini masih menjadi konflik berkepanjangan yang belum terselesaikan antara warga Kecamatan Bathin II Babeko dan Bathin III Kabupaten Bungo. Mereka berharap konflik batas antara Kabupaten Bungo dan Tebo segera tuntas dengan dikembalikannya ke batas tapal batas lama. Batas lama yang dimaksud, batas yang mengacu pada surat penyerahaan dari Marga Bathin III Ilir dan Marga Bathin II Babeko untuk proyek tranmigrasi pada tahun 1975 lalu.

Selama dalam rentan tujuh tahun saja yaitu sejak tahun 2003 s/d tahun 2009. Pertikaian panjang sudah terjadi antara kalangan eksekutif (Bupati) dengan kalangan legislatif (DPRD), beragam peristiwa yang lumayan menghebohkan terjadi, misalnya keluarnya mosi tidak percaya kepada Bupati oleh DPRD pada 2003, penolakan pembahasan APBD, penolakan laporan pertanggungjawaban (LPJ) Bupati, bahkan pada tahun 2005, setelah melalui proses panjang nan berliku dan memakan energi yang tidak sedikit, keluarlah putusan Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa Bupati Madjid Mu`az tidak lagi diperkenankan menjabat Bupati, walaupun pada akhirnya, impeachment itu urung bisa dilaksanakan karena masa jabatan Bupati Madjid mu`az keburu habis untuk masa bakti yang pertama (2001-2006).

Periode berikutnya (2006-2011), Madjid Mu`az kembali terpilih menjadi Bupati Tebo melalui pemilihan umum kepala daerah pertama yang langsung di pilih oleh rakyat Tebo. sementara itu, dari kalangan legislatif juga tidak banyak mengalami perubahan, Pemilu legislatif tahun 2004 untuk memperebutkan 30 kursi anggota DPRD Tebo masih di dominasi wajah-wajah lama, artinya pertikaian abadi eksekutif-legislatif jilid II versi Kabupaten Tebo baru saja di mulai. Kemenangan Madjid-Sukandar pada Pemilukada 2006 itu tidak serta merta membuat mereka dilantik, beberapa kali penjadwalan pelantikan Bupati-Wakil Bupati terpilih urung dilaksanakan, karena DPRD Tebo sedang menginisiasi impeachment jilid 2, terkait dugaan kekeliruan penerimaan CPNS 2006 oleh Bupati Madjid Mu`az.

Selanjutnya beragam kekisruhan politik kembali dan kembali mewarnai perjalanan Kabupaten kita tercinta ini. Sementara itu di sisi lain pihak DPRD Tebo juga beberapa orang terbukti secara hukum telah melakukan tindak pidana korupsi secara berjama`ah, yang menyebabkan 12 orang di antaranya (termasuk ketua dan wakil ketua DPRD) harus merasakanya dinginnya terali besi di Lapas kelas II C Muara Tebo, walaupun pada akhirnya setelah melalui masa persidangan selama sekitar 3 tahun, pengadilan memutuskan hanya 4 orang yang terbukti secara sah telah berjama`ah untuk korupsi.

Pada tahun 2011 masa jabatan Bupati Madjid mu`az berakhir, sesuai dengan undang-undang, beliau tidak lagi di perkenankan untuk menduduki posisi Bupati untuk ketiga kalinya, maka pada tanggal 10 maret 2011, Kabupaten Tebo menggelar Pemilihan kepala daerah, dan Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi keluar sebagai pemenang dengan mengungguli Sukandar-Hamdi dan Ridham-Eko. Namun rupanya Yopi-Sapto belum bisa menikmati kemenangannya, pasalnya Sukandar-Hamdi melayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi dengan tuduhan pasangan Yopi-Sapto telah melakukan pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif. pada tanggal 13 April 2011, setelah melalui proses persidangan panjang dan berliku, akhirnya MK (Mahkamah Kontitusi) yang diketuai Akil Mochtar  memutuskan bahwa proses pemilihan kepala daerah Kabupaten Tebo harus diulang di seluruh TPS yang berjumlah 668 TPS, karena MK telah menemukan cukup bukti bahwa telah terjadi pelanggaran dalam Pilkada Tebo 2011.

Sepanjang sejarah Provinsi Jambi, inilah gugatan pertama yang dimenangkan pemohon di Mahkamah Konstitusi mengikuti Putusan MK, KPUD Tebo kembali menggelar Pemilukada Ulang pada 5 Juni 2011, dan hasilnya kebalikan dari Pemilukada pertama, di mana pasangan calon Sukandar-Hamdi memenangkan pemilukada ulang ini, dengan Yopi-Sapto di urutan kedua dan Ridham-Eko di urutan ketiga. tentu saja hasil ini di luar prediksi banyak pihak, yang berakibat pada berubahnya peta politik di Kabupaten ini. Selengkapnya http://www.kompasiana.com/wahyudhi_yusuf/tebo-kabupaten-sejuta-kisruh politik_5500e18e813311255efa80f3 

Kita sebagai masyarakat Tebo  tentu sangat mengidamkan pemimipin di luar catatan kelam ini. Tidak lagi mengedepankan ego sendiri dan pihak tertentu. Tidak lagi menyalahgunaan kewenangan. Tidak melulu bergelut dalam kekisruhan dan kepentingan. Setidaknya memiliki kompetensi, integritas, dan loyalitas untuk Kabupaten Tebo. Saya pikir kita masih memiliki stok pemimpin yang seperti itu. Tanggal 15 Februari 2017 kita akan menjawabnya. Mari! tetap simpan rasa optimis untuk sosok pemimpin yang diidamkan. Cukup sampai di sini saya utarakan logika kekanak-kanakan saya. Salam Semangat untuk Perubahan Tebo!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar